Tiktok:
  • 869281
    Classifica globale
  • 49557
    Classifica Paese/Regione
  • 70.11K
    Seguaci
  • 403
    Video
  • 8.76M
    Piace
  • Nuovi video
    49
  • Nuovi seguaci
    167
  • Nuove visualizzazioni
    1.32M
  • Nuovi Mi piace
    116.54K
  • Nuove recensioni
    1.59K
  • Nuova condivisione
    2.86K

written by lef  Andamento dei dati (30 giorni)

written by lef Analisi statistiche (30 giorni)

written by lef Video piccanti

written by lef
di nabastala senja yang merona sayup, kubuka percakapan di layar ponsel dengan harapan bagai kuncup bunga menanti embun. “bu, pesan seblak ke UPH sekarang, apakah bisa?” tanyaku, menjemput karsa si ibu. bamun balasan ibu, “gak bisa,” tiba bak petir di ufuk batin, mematahkan ranting antisipasi dalam sekejap. kucoba meminta penjelasan, “karena?", namun pesan itu teronggok sunyi tanpa jawaban. dan tatkala diam kian menebal, tiba-tiba kulihat status WhatsApp ibu, dengan riangnya menyiapkan orderan untuk orang lain. batin pun bergolak seperti ombak murka di tengah lautan kelam. mengapa saya, pelanggan yang seharusnya diperlakukan sama, justru diabaikan? swastamita keadilan seolah terkoyak, menyisakan tanda tanya yang menyesak di relung sukma. wahai ibu, jika tulisan ini tersampaikan, ketahuilah bahwa hening ibu menjelma belati tak terlihat, menorehkan rasa tak adil yang menggema. saya tak mendamba istimewa, hanya sekadar jawaban jujur yang menentramkan. apakah ada angkara di balik penolakan? ataukah sekadar ketiadaan waktu? namun menampik satu pelanggan sambil menyambut yang lain dengan hangat ibarat mencipta jurang kepercayaan yang kian menganga. kepada ibu, izinkan saya bersuara: setiap pelanggan membawa hak untuk diperlakukan setara, tak peduli betapa kecil atau besar pesanan itu. diam yang Ibu tawarkan tak menyembuhkan, justru menorehkan duka di antara baris chat yang kian hampa. andai Ibu mengutarakan alasan, barangkali rasa kecewa ini tak akan membatu di relung kalbu. semoga coretan ini menjadi pengingat bahwa keadilan tak akan bersinar di tengah ketidakpastian dan pilih kasih. saya berharap, di kemudian hari, ibu lebih terbuka menyambut setiap pelanggan, agar tak ada lagi hati yang tertinggal dalam gulana, terasing di antara bayang-bayang promosi yang seakan hanya menyapa segelintir orang. #fypシ゚ #fyp #writing #unsaidfeelings #backburner #closure
787.19K
121.71K
15.46%
205
2.78K
24.14K
written by lef
untuk pak kurir, yang sampai menghubungiku di whatsapp, jika suatu saat engkau melihat ini, ketahuilah, aku sungguh mengerti bahwa engkau tengah berpacu dengan waktu, meniti setiap detik demi mengantar pesanan ke banyak orang. entah mengapa waktu tidak bersahabat, aku sedang sibuk di dalam gedung tinggi tempatku bekerja, terikat oleh tugas yang menumpuk dan meeting yang berlangsung lebih lama dari perkiraan. tidak ada niat sedikit pun untuk mengabaikanmu; hanya saja, pada saat engkau tiba ternyata lebih awal dari estimasi waktu yang tertera di shopee food. meeting itu tak bisa kutinggalkan begitu saja. jarak dari ruang kerjaku ke gerbang tempatmu menunggu bukanlah sedekat langkah-langkah biasa. meja kerjaku penuh dengan dokumen, layar laptopku masih menampilkan jadwal meeting yang seolah-olah tak berujung. dan ketika engkau berkata, “jangan lama-lama, saya mau kerja lagi,” ada selarik rasa bersalah muncul di dadaku, seakan-akan aku tak sedang bekerja, padahal tanggung jawabku pun menuntut waktu dan fokus yang tak main-main. meski begitu, aku menyadari, dunia ini memang sering memaksa kita untuk berlari lebih cepat daripada biasanya. engkau mengejar penghasilan di tengah hujan dan dinamika lalu lintas, sementara aku mencoba menyelesaikan setiap detail pekerjaan dan menghadiri meeting yang kerap menuntut pemikiran dan ketelitian. kita berdua sama-sama berjuang, namun seringkali jadwal kita tak seiring. perkiraan waktu terkadang bisa meleset jauh, dan kesabaran selalu menjadi kunci untuk menghadapi hal-hal yang tak terduga. engkau menunggu di gerbang dengan resah, sementara aku tergesa-gesa mencari celah untuk segera menemuimu. ada kalanya kita merasa orang lain begitu lamban, padahal kita semua sedang berusaha keras di lintasan masing-masing. maka dari itu, aku hanya ingin mengatakan: maaf bila waktu itu membuatmu menanti lebih lama. percayalah, bukan aku bermaksud berlama-lama atau menganggap sepele pekerjaanmu. semoga langkahmu selalu dipermudah, dan semoga keberuntungan menyertaimu di setiap tujuan. karena pada akhirnya, kita semua adalah pejuang yang berlomba dengan detik, berusaha mengubah penantian menjadi keberhasilan. #lessonlearned #shopee #fyp #foryou #fypage #doyourmagic #closure #fyppppppppppppppppppppppp
723.15K
72.45K
10.02%
73
1.74K
3.35K
written by lef
kala malam menebar kepenatan dan lembur menjelma rutinitas tanpa ujung, tiba-tiba ponselku berdering. di layar, terpampang sebuah panggilan masuk bertuliskan nama kontak yang menggunakan emotikon jari tengah. seketika jantungku berdegup kencang, bukankah itu simbol kemarahan, kebencian, bahkan umpatan? detik-detik deadline yang menggema di kepalaku langsung bercampur aduk dengan ribuan spekulasi yang berhamburan. “apakah ini pertanda sial? apa aku akan diomeli seseorang? atau mungkin ada musuh bebuyutan yang siap menghujat?" overthinking pun merajalela, seolah menyesap sisa-sisa kewarasan di antara tuntutan tugas yang menumpuk. dengan ragu, kugeser layar untuk melihat isi chat. ternyata, bukan ancaman atau cercaan yang tertera. seketika, pikiranku seolah ditampar oleh kenyataan. si emotikon jari tengah yang kupikir akan memuntahkan umpatan ternyata adalah seorang kurir shopee food yang justru terdengar lebih sopan ketimbang isi akun sambat ku di twitter. dengan nada penuh kesabaran, ia menunggu di gate 1, berusaha memastikan pesanan makananku tiba tepat di tengah keputusasaan lembur yang melanda. namun entah mengapa, tanganku sampai gemetar membalasnya, mungkin karena terlalu lama memikirkan hal-hal yang seharusnya sederhana. setiap getar ponsel menyuntikkan paranoia kecil dalam benakku, membayangkan skenario dramatis yang tak pernah terjadi. padahal, kenyataannya begitu berbanding terbalik. kurir yang kuprediksi penuh amarah justru menampilkan keramahan yang kontras dengan ikon jari tengah di layar. di balik “malam ka” dan “saya sudah di gate 1 kak,” kurasa terselip niat tulus yang seolah berkata, “tenang, saya di sini membantu, bukan menyerangmu dengan bom amarah.” bayangkan betapa konyolnya situasi ini, di tengah detik-detik lembur yang menyesakkan dada, aku malah didera serangan overthinking gara-gara sebuah emotikon. namun justru di sanalah letak pelajaran kehidupan. bukan salah si kurir jika ia memilih simbol nyeleneh sebagai identitas, dan bukan pula hakku untuk langsung menuduhnya berperangai buruk. malam itu, di antara dengung deadline dan gemuruh pikiran yang beradu, aku belajar satu hal berharga bahwa sering kali kita terjebak menilai sesuatu hanya dari covernya. yang terlihat sangar belum tentu cermin sikap pemiliknya, sama seperti tatapan lelahku yang belum tentu berarti aku menyerah. si kurir shopee food, dengan sabar menanti di pintu gerbang, menghadirkan kejutan hangat di antara pahitnya lembur. maka, alih-alih terseret lebih jauh dalam lubang overthinking, aku mengembuskan napas panjang, dan berterima kasih dengan tulus. jari tengah yang tadinya terkesan penuh caci maki justru menjadi pintu menuju kebaikan tak terduga. dan di situlah titik balik malamku, sambil melahap pesanan gacoan di sela-sela kerjaan yang menumpuk, aku menyadari bahwa kebaikan memang bisa bersembunyi dimana saja, bahkan di balik emotikon paling ‘kasar’ sekalipun. buat apa repot-repot menghakimi duluan, kalau ternyata kesabaran si kurir lebih bermakna daripada segala prasangka yang kubangun sendiri? #writingtok #writer #xyzbca #lessonlearned #shopeefood #dontjudge #fypage #fyp #foryou #quotes #adulting #funny #trending #welistenanddontjudge
534.65K
48.86K
9.14%
8
471
1.22K
written by lef
seperti memandang swastamita yang perlahan menelan matahari, status itu seakan mengabarkan kabut di balik semarak sore. bagiku, kata-kata tersebut menggambarkan kebuntuan emosi, bagaimana keindahan dari kesetiaan dan jerih payah (bunga mawar) tak selalu bisa dicerna oleh mereka yang memilih berdiam dalam prasangka (lalat ijo). “urusan orang tua,” katanya, menegaskan betapa kadang persoalan keluarga lebih pelik ketimbang sekadar membumbui camilan. padahal, kami hanya ingin memesan basreng daun jeruk yang renyah, pedas, dan wangi itu, tapi rupanya, Bu Tutik tengah bergulat dengan perkara lain yang meradang di hati. tak jarang, ketika seseorang menumpahkan status beraroma satire, itu menjadi pertanda betapa lelahnya ia menjelaskan hal yang bagi dirinya begitu jelas, namun tetap luput dipahami orang terdekat. membayangkan seseorang bersusah payah menumpahkan segala upaya yang dikerahkan sekuat tenaga, menjelaskan harum mawar, tapi hanya berujung pada penolakan, bagai menabur wewangian di hadapan lalat hijau yang justru mengernyit jijik. barangkali, di balik tanyaku “oalah brantem lagi bu?” terselip empati bahwa konflik dengan mertua bukanlah hal remeh. seperti nabastala yang meruap dari bebauan dapur, bisa jadi situasi di rumah Bu Tutik sedang panas-panasnya, lebih pedas daripada bumbu basreng. namun, hidup memang kadang menyajikan lakon yang tak kita duga. siapa sangka, memesan basreng daun jeruk di siang hari bisa menyeret kita pada kisah yang penuh liku. terkadang, kita hanya menjadi saksi, sekadar melihat guratan kesal dalam status seseorang, tanpa benar-benar tahu akar dari semua itu. meski begitu, peristiwa ini menyiratkan pelajaran: sebaik apa pun “harum mawar” yang kita tawarkan, tak selalu semua orang siap menerima. ada kalanya, kita harus mengerti bahwa some conflicts can’t be solved with mere explanations. mungkin besok,bsaat Bu Tutik sudah meredakan amarah, saat suasana hatinya lebih jernih, aku akan kembali memesan basreng daun jeruk, berharap dapat mencicipi renyahnya tanpa terganggu letupan emosi. namun untuk sekarang, biarlah ia menenangkan dirinya terlebih dahulu. I hope this kind of conflict never finds us. kita tak pernah tahu latar belakang orang lain, barangkali, menantu dan mertua itu punya sejarah panjang yang berbelit. apa pun ceritanya, semoga mereka, dan kita semuabbisa menemukan kebijaksanaan di antara pertengkaran kecil dan aroma kesalahpahaman yang menyesakkan. sebab di penghujung hari, yang kita cari bukan sekadar rasa pedas di lidah, melainkan ketenangan jiwa yang tak ternilai harganya. #lessonlearned #writing #writer #xyzbca #foryou #fypシ゚ #fypage #adulting #mindfulness #basreng
385.09K
45.66K
11.86%
49
791
5.99K
written by lef
DEG #fypシ゚ #trustissue #fyp
297.17K
37.26K
12.54%
30
386
4.6K
written by lef
sekilas, mungkin semua netizen tampak serupa, sibuk mengomentari apa saja, kadang sekadar lalu-lalang tanpa menyelami makna yang lebih dalam. namun, di antara hiruk-pikuk itu, muncul mereka yang justru menyulut kembali semangatku untuk tidak berhenti menulis, mengingatkan bahwa di era serba cepat ini, menabur kata-kata panjang bukanlah kesia-siaan, melainkan upaya untuk menumbuhkan minat baca, khususnya di ranah digital. awalnya, rasa pesimis kerap menghantui. tulisanku, yang kuharap bisa menggugah hati, setidaknya kembali menjangkau readers maupun authors, justru lebih sering disorot oleh awam, yang menilai caraku menyampaikan narasi makna terlalu “dramatik” atau “aneh", enggan menelusuri makna di balik kalimat panjang, memilih menuding gaya penyampaianku sebagai sekadar bualan. padahal, di balik penataan kata, selalu ada niat menyampaikan kedalaman, membangun jembatan bagi siapa pun yang ingin meresapi indahnya sastra. momen ketika netizen itu berkata, “jangan berhenti menulis caption panjang,” seolah menghalau kabut keraguan yang menutup jalanku. katanya, semakin banyak tulisan bernas tersebar, semakin terbuka peluang literasi kita untuk berkembang. sederhana, tapi menohok, bahwa menulis bukan semata menumpahkan ego, melainkan menebar benih pengetahuan dan keindahan bahasa. di dunia digital yang kadang didominasi hiburan instan, membiasakan diri membaca tulisan lebih panjang bisa menjadi kunci meningkatkan kualitas literasi kita bersama. tentu, aku masih cemas. tak semua orang siap menampung kalimat-kalimat yang kuurai dengan sentuhan sastra. tapi, jika hanya khawatir pada penilaian awam, kapankah momen tepat untuk terus berbagi? pada akhirnya, kita tak bisa memuaskan semua pihak. yang bisa kita lakukan adalah menghadirkan tulisan dengan penuh ketulusan, berharap di antara kerumunan, akan selalu ada mereka yang sudi memaknai lebih dalam, atau minimal, mau mencoba sebelum menghakimi. awalnya, rasanya seperti berjalan di tengah gurun, tulisan panjang kerap tak dipedulikan, kerap pula dihujani komentar pedas dari khalayak yang menginginkan segalanya ringkas dan instan. namun, komentar ini membuka mata, menyadarkan bahwa menulis tak sekadar menumpahkan kata, melainkan menanam benih literasi yang suatu saat akan tumbuh menjadi pohon pengetahuan. semakin panjang dan beragam tulisan, semakin kaya pula asupan bacaan bagi siapa pun yang sudi singgah, bahkan jika hanya sekelompok kecil orang yang benar-benar menikmati. di tengah kondisi dimana awam menguasai penilaian, kadang menilai tulisan dengan sebelah mata atau mencibir karena tak selaras selera, suara netizen seperti ini ibarat oase. kita diingatkan bahwa keindahan sastra, keunikan gaya tulis, atau pesan-pesan mendalam tidak harus dihentikan hanya karena disampaikan dengan cara berbeda. justru, inilah yang memupuk keberagaman literasi. setiap kata dan kalimat bisa menjadi percikan inspirasi bagi orang lain, bahkan mungkin bagi generasi berikutnya. dari pengalaman ini, tumbuh keyakinan baru bahwa tak masalah jika dianggap “unik” atau “berbeda,” asalkan tujuannya jelas, menyemai cinta pada membaca, menaburkan energi sastra ke pelosok digital. setiap paragraf ibarat lentera yang menerangi koridor literasi; kecil, tapi jika dinyalakan bersama, akan membentuk cahaya yang lebih besar. dan siapa tahu, satu demi satu orang tergerak, lalu kebiasaan membaca menjadi budaya yang tak lagi asing. untuk itu, mari kita berani melangkah. terus menulis dan membaca, meski ada yang mencibir. sebab, di balik tiap aksara yang dirangkai dengan sepenuh hati, tersimpan potensi mengubah cara pandang, menyuntik inspirasi, atau bahkan menyalakan harapan. jangan biarkan keraguan membungkam suara kita. ayo, kita mulai dengan satu kalimat, satu paragraf, dan semoga, perlahan tapi pasti, literasi digital kita kian tumbuh subur dan bermanfaat bagi banyak orang. #authors #literasi #literasidigital #membaca #BookTok #narasi #writer #writertok #penulis #wattpad #au #foryou #fypage #xyzbca
197.45K
28.04K
14.2%
5
165
119
written by lef
seruanmu, mba Alma cireng tambun, yang menembus lini status WhatsApp terlihat jelas adanya bara emosi yang membuncah, seolah engkau baru saja menemukan kenyataan pahit di balik tabir manis yang selama ini kau kira tulus. memang tak semua hal di dunia ini wajib kita ketahui sedari mula. terkadang, kebenaran datang terlambat, dan kita merasa dibohongi. mungkin saja kau hanya dijadikan backburner, pelengkap kala hati dia sepi. it’s okay, take your time. meski sempat terlintas niatku untuk memesan cirengmu, tak mengapa jika kini kau ingin rehat. sebab, mental health-mu jauh lebih berharga daripada rupiah yang dapat dikejar kapan saja. uang bisa dicari, tapi ketenangan jiwa adalah tabungan abadi. jika perlu, tutup dulu orderan, biarkan semesta memberimu ruang untuk menata hati yang sedang bergemuruh. kejadian ini, bagai swastamita yang merayap di ufuk senja, menandai transisi antara cahaya dan gulita. di satu sisi, kita diingatkan bahwa hidup kadang meletakkan kita dalam nabastala, aroma getir peristiwa, menguji seberapa kuat kita menanggung kecewa. di sisi lain, kita dipaksa menyadari bahwa tak semua orang jujur mengemban niat baik. mungkin, rezekimu memang bukan berjodoh dengan seseorang yang membuatmu meluap-luap begini. kau pun berhak melampiaskan emosi, sebab diam-diam itu bisa jadi racun. namun jangan biarkan amarah merenggut seluruh keindahan jiwamu. ambil jeda, reguk udara segar, dan bangun kembali kekuatan dari serpihan luka yang berserakan. karena pada akhirnya, kekecewaan semacam ini hanyalah satu bab kecil dalam kitab kehidupanmu yang masih panjang. biarlah cinta yang penuh tipu muslihat itu menjauh, menepi dari takdir kita semua. hope that kinds of love never find me. semoga cinta dengan kebohongan tak pernah mengetuk pintu hati kita lagi. biarlah ia tersesat di persimpangan waktu, sementara kita melangkah tegap menuju hari yang lebih cerah, ditemani aroma cireng hangat dan ketulusan yang tak pernah alpa. #fypage #foryou #fyp #lessonlearned #breakup #emotional #brokenheart #backburner #writing #fyppppppppppppppppppppppp
190.94K
17.86K
9.35%
47
432
1.51K
written by lef
Replying to @smofkee malam merangkak perlahan, membawa riuh pertanyaan yang bergulir di layar ponsel. pesan demi pesan terlempar, bak serpihan kertas yang ditiup angin, menagih kepastian: apakah titipan sudah sampai, pada siapa, bagaimana nasib laporan? seolah ada kabut ketakutan yang menyelimuti, membayang di antara tiap jeda huruf “p” yang dikirim berulang kali, diam yang menyesakkan, namun tak kunjung terjawab. seorang pria berbaju putih disebut-sebut sebagai penerima, tapi jejaknya samar. mungkin hanya sekilas pandang, mungkin pula salah alamat. kegelisahan pun merambat, melahirkan ancaman halus: “jangan lapor ke Shopee,” seakan satu keluhan saja mampu meruntuhkan benteng kepercayaan. namun, tak ada yang perlu dirisaukan, bukan? kadang, kita terjebak pada prasangka, padahal jawaban bisa begitu sederhana, ketulusan dan sedikit ruang untuk berbenah. biarlah kecemasan itu mereda bersama embun yang turun pelan. tak ada laporan yang siap dilayangkan, tak ada serangan yang akan diluncurkan. bekerjalah dengan tenang, selesaikan segala tanggungan tanpa perlu dihantui bayangan sanksi. mungkin segalanya hanyalah soal waktu, atau sekadar alur percakapan yang tersendat. sebab seringkali, yang dibutuhkan hanyalah sebuah kepastian lembut, jauh lebih nyaring ketimbang teriakan penuh curiga. #fypage #foryou #food #xyzbca #justforfun #closure #broken
153.23K
11.16K
7.29%
4
376
867
written by lef
senin pagi, saat kebanyakan orang masih menata harapan untuk mengawali pekan, Ce Lily justru bergumul dengan amarah yang menggelegak. bukan tanpa alasan, ia mendapati penghuni rukonya kabur begitu saja, meninggalkan sewa yang belum terbayar dan kondisi ruko berantakan. sebuah kejadian yang tidak hanya menimbulkan kerugian materi, tetapi juga menyulut kekecewaan mendalam. amarah seperti ini kerap lahir dari tumpukan rasa dikhianati dan ekspektasi yang hancur. ketika seseorang pergi tanpa menyelesaikan kewajibannya, ia mengabaikan jerih payah serta kepercayaan yang telah diberikan. rasa kesal Ce Lily pun wajar, setiap manusia memiliki batas, dan ketika tanggung jawab dipinggirkan seenaknya, amarah bisa meledak laksana badai. namun, di balik kemarahan itu, ada pelajaran yang bisa dipetik: amarah adalah alarm. ia menandakan adanya ketidakseimbangan, entah dari perlakuan tak adil atau kerugian yang menumpuk. pada akhirnya, emosi yang meledak dapat menjadi cermin untuk melihat lebih dalam, apa yang sesungguhnya terluka, apa yang butuh penanganan segera. namun, di balik ledakan emosi, ada pelajaran yang bisa dipetik, bahwa setiap manusia memiliki batasnya, dan sering kali kita diingatkan akan batas itu justru saat tekanan datang beruntun. amarah yang menggelora ibarat badai yang menyapu, menyakitkan, mengacaukan, tetapi kadang membersihkan. pada akhirnya, kemarahan dapat menjadi cermin untuk melihat ke dalam diri: apa yang sedang melukai, apa yang butuh diperbaiki, dan bagaimana cara menyembuhkannya. dalam hal ini, bukan hanya kerugian materi yang harus diatasi, melainkan juga rasa kecewa dan ketidakpercayaan yang kini tergores di hati. meski demikian, meledaknya emosi tidak perlu dibiarkan berkepanjangan. di antara kekecewaan itu, Ce Lily pun dihadapkan pada pilihan untuk berhenti sejenak, merenung, dan menata kembali serpihan hati yang terserak. barangkali, inilah momen baginya untuk memperkuat sistem sewa, membuat perjanjian yang lebih jelas, atau menimbang langkah hukum jika diperlukan. namun yang paling penting, proses ini mengingatkan bahwa kehidupan penuh cobaan dan tanggung jawab bukan sekadar urusan di atas kertas; ia menyangkut integritas dan kepercayaan di antara manusia. pada akhirnya, amarah Ce Lily adalah potret kegelisahan banyak orang yang merasakan hal serupa, ketika hak dilanggar, ketika kejujuran diabaikan, dan ketika tanggung jawab dilupakan. namun, sebagaimana badai akan berlalu, semoga setiap gejolak hati juga menemukan jalannya menuju ketenangan. dari peristiwa ini, semua pihak diingatkan bahwa lari dari tanggung jawab hanya menciptakan luka dan kerugian. sebaliknya, menghadapi konsekuensi dengan lapang dada menumbuhkan kepercayaan, membentuk karakter, dan mengajari setiap insan bahwa adil dan bertanggung jawab bukan sekadar kata, melainkan landasan untuk hidup yang lebih bermartabat. #motivation #quotes #fyp #fyppppppppppppppppppppppp #selfgrowth #author #writing #foryou
132.37K
14.68K
11.09%
11
142
737
written by lef
karena? yaudah baca aja guys, at least ada moral value yang bisa kalian dapatkan😊 #fyp #foryou #jj #jjtrend
110.72K
5.49K
4.96%
3
49
23
written by lef
"selagi masih muda, mending cabut ke luar negeri,” tulis Pak Bakso Kumis. “di sini, korupsi makin jadi, kebijakan kayak oplosan, luarnya Pertamax, dalamnya entah apa.” sindiran itu menampar realitas bahwa rakyat dipaksa menelan keputusan pemerintah yang tak jelas arah, seperti membeli Pertamax palsu yang ternyata sudah dicampur segala zat. bukan cuma sekali dua kali, hampir tiap hari ada skandal baru, dari tingkat pejabat hingga lingkup swasta, seolah berlomba-lomba meracik formula penipuan terbaik. di ujung sana, Pak Bakso Kumis berkali-kali mengetik “astaghfirullah, astaghfirullah ya Allah,” seakan berusaha meredam geram. namun, tulisan itu justru semakin menegaskan rasa jengah. apa gunanya istighfar jika para penguasa tetap memutar balikkan fakta? negeri ini, katanya, bagai “tempat penampungan segala praktik busuk”, korupsi proyek, manipulasi, suap-menyuap, semua berbaur dalam parade tak bermoral. rakyat seolah jadi penonton setia, menunggu drama babak baru tanpa punya andil apa pun. terkuak alasan kuat kenapa banyak orang, termasuk Pak Bakso sendiri menyarankan pergi jauh. “toh, di sini nggak ada yang peduli,” ujarnya getir. “yang berkuasa sibuk mengisi pundi, yang tertindas cuma bisa gigit jari.” kalimat itu menyiratkan luka kolektif, kepercayaan pada pemimpin luntur, hukum kerap dijadikan tameng bagi segelintir elit. bagi kaum muda yang masih punya kesempatan, logis jika mereka memilih jalan pintas: cari beasiswa, ambil S2 di luar negeri, lalu tinggal di sana, meninggalkan ‘negeri dzolim’ ini dalam bayang-bayang. ironisnya, di tengah umpatan dan kecaman, Pak Bakso tetap melontarkan pertanyaan yang memancing senyum kecut: “malam ini nggak pesan bakso, koh?” seakan menegaskan bahwa hidup terus berjalan, walau rasa muak kian menebal. masih ada tanggung jawab harian yang tak bisa dihentikan hanya karena pemerintah gemar mengoplos kebijakan. di sisi lain, kekecewaan merongrong batin: adakah jalan keluar selain kabur? bagi banyak orang, meninggalkan tanah air bukan pilihan mudah. ada nostalgia, keluarga, dan harapan bahwa mungkin suatu hari negeri ini bisa berubah. tapi ketika setiap hari disuguhkan berita rasuah dan arogansi pejabat, optimisme itu kian rapuh. "kita ini rakyat atau kelinci percobaan?” menyamakan nasib masyarakat dengan binatang uji laboratorium, dipaksa menyesap ‘Pertamax palsu’ tanpa bisa protes, dituntut diam jika tak mau dianggap pengganggu. maka, jadilah percakapan ini elegi tentang keputusasaan. di satu sisi, ada keinginan meraih masa depan lebih baik, S2 di luar negeri, menata karier di tempat yang (semoga) lebih jujur. di sisi lain, ada kenyataan pahit bahwa negeri sendiri seolah tak punya niat memperbaiki diri. korupsi beranak-pinak, kebijakan pun disajikan seperti menu oplosan. satu-satunya yang pasti: rakyat jelata, termasuk penjual bakso, hanya bisa mengumpulkan sisa semangat sambil terus menatap layar ponsel, menanti kabar baik yang tak kunjung tiba. barangkali, dari obrolan singkat ini, tersimpul satu pelajaran: kadang, pelarian lebih waras ketimbang berdiam di tanah yang enggan berbenah. mungkin benar kata Pak Bakso: selagi masih muda, kenapa tidak mencoba mencari peluang di tempat lain? jika di sini korupsi semakin merajalela, maka kepedihan pun akan terus menumpuk, menuntun pada kekecewaan yang kian mengakar. dan ketika negara terus memaksa rakyat meneguk kebijakan oplosan, tak heran bila banyak yang akhirnya memilih “angkat kaki”, meninggalkan panggung sandiwara yang tak lagi punya babak penyelamat. #writing #fyp #foryou #quotes #xyzbca #author #adulting #indonesiagelap #kaburajadulu
106.85K
14.31K
13.4%
18
327
815
written by lef
Replying to @inthearmsofawomann kala senja menyusup di sela hiruk-pikuk kota, aku dan temanku tengah menanti Grab yang kami pesan. titik koordinat tampak tak akurat, membuat kami harus mengirimkan panduan dengan kerendahan hati agar driver dapat tiba di titik jemput tanpa tersesat. namun, betapa terkejutnya kami saat membaca balasan yang terkesan arrogant, seolah sang pengemudi menobatkan dirinya menjadi new diva unlocked. "gak mau saya masuk,” ketusnya. seketika dada berdebar, bagai dihantam palu ketidakpercayaan. where's your spark and spirit of service, pak? temanku yang membaca percakapan itu spontan mengetikkan balasan satu kata: "idih”. respon kami memang terdengar sombong nan arogan, tapi percayalah, itu lahir dari kekecewaan yang mendalam. “who is this diva?” gerutu temanku, seolah kami baru saja menemukan sosok pesohor panggung yang enggan melayani penggemar. padahal, arah sudah jelas kami berikan, bahkan kami siap menanggung parkir, segala daya kami kerahkan agar proses penjemputan berlangsung lancar. namun driver menolak tanpa penjelasan, memadamkan harapan kami yang semula yakin bahwa layanan ini akan berjalan ramah. situasi ini bukan sekadar menyayat hati, tetapi juga menyedihkan, bagaimana mungkin ada attitude yang begitu jumawa di ranah yang sejatinya menuntut kerendahan hati? di saat itulah, aku teringat satu pelajaran berharga: ketulusan dalam melayani bukan sekadar kewajiban profesional, melainkan cermin kemanusiaan kita. dalam setiap interaksi, kita diberi kesempatan untuk menabur kebaikan atau justru menorehkan kecewa. andai saja driver menyadari bahwa sedikit usaha ekstra untuk menjemput penumpang dengan baik bisa menjadi benih kehangatan di hati banyak orang. “I hope this kind of driver never find us,” gumamku, menyadari betapa peristiwa semacam ini bisa menimpa penumpang lain yang mungkin tak memiliki energi untuk berdebat. biarlah kejadian ini menjadi pengingat, bahwa tak semua hal berjalan manis di bawah langit nabastala. meski begitu, semoga ke depannya, akan lebih banyak pengemudi dengan semangat melayani yang tulus, dan lebih sedikit diva dadakan yang lupa akan pentingnya kehangatan manusiawi. karena sejatinya, kita semua hanya butuh dipertemukan dalam kebaikan, bukan dibenturkan oleh keegoisan. in the end, barangkali sang driver pun sedang menanggung beban hidup yang kita tak tahu. namun betapa pun beratnya perjalanan, hendaknya kita tak melupakan nilai saling menghargai. teknologi boleh memudahkan kita berjumpa di satu titik, tapi empati lah yang membuat pertemuan itu bermakna. semoga kita tak berhenti belajar dari peristiwa sederhana yang menyentil nurani, agar kelak, setiap perjalanan, betapapun singkatnya dapat menghadirkan secercah harapan bagi sesama. meski peristiwa ini menyakitkan, dan menyadarkanku bahwa memang tak semua yang kita harapkan dapat terwujud dengan rapi, kita hanya bisa berharap agar kejadian serupa tidak menanti penumpang lainnya yang mungkin tak punya tenaga untuk beradu kata. sebab dalam kehidupan yang penuh dengan angin perubahan, semoga lebih banyak pengemudi yang menawarkan apa yang seharusnya menjadi dasar nilai pekerjaan mereka. sebuah perilaku yang mengedepankan service, bukan sekadar ketenaran atau keegoisan sesaat. kita tidak memerlukan diva yang melawan harapan, kita hanya butuh kebaikan. sebab sejatinya, kita semua hanya ingin dipertemukan di muka bumi ini dalam keterbukaannya, bukan dibebani dengan sikap yang merenggut ketulusan. #lessonlearned #grab #fypage #diva #fypシ゚ #attitude #foryou #xyzbca #floptok #writing #writer #driver
70.15K
5.11K
7.28%
4
163
638
written by lef
#rl
34.99K
3.24K
9.27%
1
69
13
written by lef
awalnya, AU (Alternate Universe) Upin Ipin milikku hanyalah proyek iseng. aku menggunakan karakter Upin dan Ipin, lalu melemparkan mereka ke dalam situasi-situasi nyeleneh yang tak pernah terpikirkan. pembaca pun tertawa, berkomentar, bahkan beberapa ada yang menunggu kelanjutan kisahnya. namun, di balik gelak tawa itu, tumbuh keraguan di hatiku. “apakah aku hanya dikenal sebagai pembuat cerita konyol? bagaimana dengan potensi lain yang kumiliki?” pertanyaan-pertanyaan ini kian mendesak ketika kucoba menulis karya yang lebih serius, penuh narasi kehidupan, tema mendalam, dan pesan moral. sayangnya, tanggapan orang justru dingin. flop, sebutan singkat yang menghantam semangatku. dalam keputusasaan, aku mulai melihat AU Upin Ipin itu sebagai beban. “ini tak ada nilainya,” gumamku. “hanya lelucon receh.” karena itu, kuberanikan diri untuk menghapusnya, menutup era yang menurutku tak lagi penting. toh, aku ingin melangkah ke level berikutnya, mencari makna dan kualitas dalam karya yang lebih serius. namun, di saat niat itu hampir terwujud, datanglah pesan dari Indana Zulfa. rupanya, ia menjadikan AU-ku sebagai bahan penelitian UAS. DEG! “apa jadinya kalau penelitiannya terhambat gara-gara aku meniadakan cerita itu?” pikirku panik. sisi idealisku bersikeras, “aku ingin dikenal karena karya bermakna, bukan karena kelucuan semata.” namun, sisi lain berbisik lirih, “tak pantas rasanya mengorbankan seseorang yang berharap padamu.” di sanalah, di persimpangan ambisi dan tanggung jawab, aku mulai memahami sebuah pelajaran hidup: terkadang, kita tak menyadari betapa pentingnya hal yang kita anggap remeh, sampai seseorang datang dan menunjukkan dampaknya. pada akhirnya, AU yang sempat terkubur itu kuhidupkan kembali, atau setidaknya, kubiarkan tetap mengudara, demi menolong Indana. sekilas, keputusan ini tampak sepele, namun bagiku, ini adalah titik balik. aku belajar bahwa tidak semua karya harus sarat filosofi untuk menyentuh hati orang lain. ada kalanya, cerita ringan dan konyol justru menjadi jembatan bagi seseorang untuk meniti langkah mereka sendiri, entah demi penelitian, hiburan, atau sekadar pelepas lelah di tengah kesibukan. melalui pesan Indana, aku menyadari bahwa value sebuah karya sering kali lahir dari sudut pandang pembacanya, bukan semata dari keinginan penulis. apa yang kusangka “sekadar lelucon receh” rupanya bisa menjadi subjek studi serius. apa yang kupikir “tak bernilai” ternyata mampu menumbuhkan senyum, semangat, bahkan potensi akademik bagi orang lain. di sinilah letak moral penting: kita tak pernah tahu bagaimana sebuah cerita, betapa pun tampaknya sederhana, bisa menjadi cahaya bagi yang memerlukannya. kini, kujalani hari-hariku dengan hati lebih lapang. tak lagi kupandang rendah cerita-cerita ringanku, pun tak kucampakkan ambisi merangkai kisah yang lebih serius. keduanya berhak hidup berdampingan, sebab pada akhirnya, esensi tertinggi sebuah karya adalah bagaimana ia menyentuh kehidupan orang lain. mungkin, kelak aku akan menertawakan kegamangan ini, menyadari betapa lucunya manusia saat memisahkan ‘serius’ dan ‘konyol’ dengan tembok yang begitu tebal. toh, hidup sendiri adalah panggung teater, di mana adegan drama dan komedi bisa hadir bersamaan. #fyp #fypage #motivation #adulting #writer #au #angst
32.68K
1.94K
5.94%
0
24
32
written by lef
🖕incoming voice call malam itu, jam di ponsel menunjukkan detik yang kian berlari, seolah menertawakan diriku yang tengah diburu tenggat pekerjaan. jantung pun berdegup cepat, pikiran terpecah antara menyelesaikan dokumen yang tak kunjung rampung dan menahan kantuk yang memaksa. di sela kekalutan itu, sebuah panggilan mendadak mengusik dari notifikasi bar. kontak yang muncul hanya menampilkan emotikon jari tengah, terlihat sangar, seperti simbol protes yang siap menghantam. tak ayal, benak langsung dihantui dugaan buruk. "siapa ini? apa jangan-jangan teror?” gumamku sambil terus merampungkan pekerjaan. sempat kupandangi ponsel, lalu kuabaikan, sebab tenggat menuntut perhatian lebih. panggilan masuk lagi, dan lagi, menambah kecemasan. namun deadline tetap menekan, tak bisa kujawab saat itu juga. hingga akhirnya, notifikasi chat muncul. Terlihat foto suasana malam di depan sebuah gerbang, ditemani pesan: "saya sudah di gate 1, kak.” ternyata, ini bukan ancaman. ia hanya seorang kurir shopee food yang mencoba menghubungiku. napasku setengah lega, setengah malu, ternyata yang kukira panggilan mengerikan hanyalah orang baik yang menunggu dengan sabar. kurir itu, meski sempat diabaikan panggilannya, tetap bersikap ramah, menunggu di tengah suasana malam. bagai menggugurkan semua prasangka, ia mengetik dengan sopan dan tenang, padahal namanya di ponsel tampak begitu garang. pengalaman singkat ini menegaskan betapa rentannya kita jatuh pada asumsi ketika terburu-buru. sebuah emotikon jari tengah, yang biasanya identik dengan kesan negatif, ternyata hanyalah penanda tak sengaja, atau mungkin sekadar iseng. sementara, kegelisahanku yang sudah diliputi kepanikan deadline membesar-besarkan ketakutan. baru setelah kualihkan fokus sejenak, kutemukan fakta sederhana bahwa di balik nama kontak yang menakutkan, ada seorang kurir yang hanya ingin menyelesaikan tugasnya. betapa sering kita membiarkan penilaian sepintas menguasai nalar, terlebih ketika diri sudah dikepung tekanan. jika saja aku menenangkan diri lebih awal, barangkali tak perlu ada gejolak berlebih. pada akhirnya, panggilan itu berujung pada kebaikan, pesanan tersampaikan, si kurir pulang tanpa amarah, dan aku pun kembali menekuni deadline dengan dada yang lebih lapang. malam kian merayap, namun rasa syukur menyelinap di sela kantuk. ternyata, dalam riuh kesibukan, kita masih bisa belajar agar jangan terlalu cepat menuduh sesuatu sebagai ancaman hanya karena tampilan luar. dan jangan sampai deru deadline membuat kita mengabaikan hal-hal kecil yang mungkin penting, seperti sapaan sopan dari orang yang menunggu di luar sana. #writing #writertok #BookTok #anxiety #MentalHealth #fyp #corporate #foryou #xyzbca #author #mediumsoftiktok
27.98K
2.44K
8.73%
0
86
128
written by lef
awalnya, AU (Alternate Universe) Upin Ipin milikku hanyalah proyek iseng. aku menggunakan karakter Upin dan Ipin, lalu melemparkan mereka ke dalam situasi-situasi nyeleneh yang tak pernah terpikirkan. pembaca pun tertawa, berkomentar, bahkan beberapa ada yang menunggu kelanjutan kisahnya. namun, di balik gelak tawa itu, tumbuh keraguan di hatiku. “apakah aku hanya dikenal sebagai pembuat cerita konyol? bagaimana dengan potensi lain yang kumiliki?” pertanyaan-pertanyaan ini kian mendesak ketika kucoba menulis karya yang lebih serius, penuh narasi kehidupan, tema mendalam, dan pesan moral. sayangnya, tanggapan orang justru dingin. flop, sebutan singkat yang menghantam semangatku. dalam keputusasaan, aku mulai melihat AU Upin Ipin itu sebagai beban. “ini tak ada nilainya,” gumamku. “hanya lelucon receh.” karena itu, kuberanikan diri untuk menghapusnya, menutup era yang menurutku tak lagi penting. toh, aku ingin melangkah ke level berikutnya, mencari makna dan kualitas dalam karya yang lebih serius. namun, di saat niat itu hampir terwujud, datanglah pesan dari Indana Zulfa. rupanya, ia menjadikan AU-ku sebagai bahan penelitian UAS. DEG! “apa jadinya kalau penelitiannya terhambat gara-gara aku meniadakan cerita itu?” pikirku panik. sisi idealisku bersikeras, “aku ingin dikenal karena karya bermakna, bukan karena kelucuan semata.” namun, sisi lain berbisik lirih, “tak pantas rasanya mengorbankan seseorang yang berharap padamu.” di sanalah, di persimpangan ambisi dan tanggung jawab, aku mulai memahami sebuah pelajaran hidup: terkadang, kita tak menyadari betapa pentingnya hal yang kita anggap remeh, sampai seseorang datang dan menunjukkan dampaknya. pada akhirnya, AU yang sempat terkubur itu kuhidupkan kembali, atau setidaknya, kubiarkan tetap mengudara, demi menolong Indana. sekilas, keputusan ini tampak sepele, namun bagiku, ini adalah titik balik. aku belajar bahwa tidak semua karya harus sarat filosofi untuk menyentuh hati orang lain. ada kalanya, cerita ringan dan konyol justru menjadi jembatan bagi seseorang untuk meniti langkah mereka sendiri, entah demi penelitian, hiburan, atau sekadar pelepas lelah di tengah kesibukan. melalui pesan Indana, aku menyadari bahwa value sebuah karya sering kali lahir dari sudut pandang pembacanya, bukan semata dari keinginan penulis. apa yang kusangka “sekadar lelucon receh” rupanya bisa menjadi subjek studi serius. apa yang kupikir “tak bernilai” ternyata mampu menumbuhkan senyum, semangat, bahkan potensi akademik bagi orang lain. di sinilah letak moral penting: kita tak pernah tahu bagaimana sebuah cerita, betapa pun tampaknya sederhana, bisa menjadi cahaya bagi yang memerlukannya. kini, kujalani hari-hariku dengan hati lebih lapang. tak lagi kupandang rendah cerita-cerita ringanku, pun tak kucampakkan ambisi merangkai kisah yang lebih serius. keduanya berhak hidup berdampingan, sebab pada akhirnya, esensi tertinggi sebuah karya adalah bagaimana ia menyentuh kehidupan orang lain. mungkin, kelak aku akan menertawakan kegamangan ini, menyadari betapa lucunya manusia saat memisahkan ‘serius’ dan ‘konyol’ dengan tembok yang begitu tebal. toh, hidup sendiri adalah panggung teater, di mana adegan drama dan komedi bisa hadir bersamaan. #fyp #fypage #motivation #adulting #writer #au #angst
21.57K
1.37K
6.36%
3
71
67
Per favore unisciti al nostro gruppo Facebook TikTok Inspiration
Condivideremo gli ultimi video creativi e potrai discutere di qualsiasi domanda tu abbia con tutti!
TiktokSpy from IXSPY
Strumenti digitali per influencer, agenzie, inserzionisti e brand.
Società di terze parti indipendente, non il sito Web ufficiale di TikTok.
Copyright@2021 ixspy.com. All Rights Reserved